Gasperini Hapus Sistem Kapten Tetap di AS Roma, Siapa yang Berpeluang Menggantikan Lorenzo Pellegrini?
Jakarta – Gian Piero Gasperini membuat kejutan dengan menghapus sistem kapten tetap setelah ditunjuk sebagai pelatih baru AS Roma. Ia memutuskan untuk menggantinya dengan aturan berdasarkan jumlah penampilan pemain. Lorenzo Pellegrini, yang telah menjadi kapten sejak 2021, sekarang harus berbagi peran dengan rekan-rekannya. Dalam musim mendatang, El Shaarawy memiliki peluang besar untuk memakai ban kapten berkat rekor penampilannya bersama Roma.
Fenomena Kapten di Liga Italia 2025/26
Fenomena ini menjadi bagian dari kisah menarik para kapten di Liga Italia 2025/26. Ada yang merupakan sosok setia, pemimpin baru, simbol kekuatan tim, hingga kisah dongeng sepak bola yang menghiasi setiap klub. Mari kita telusuri cerita para kapten ini.
El Shaarawy Berpeluang Besar Menjadi Kapten Roma
Stephan El Shaarawy telah mencatatkan 320 penampilan bersama Roma, angka tertinggi di antara pemain aktif saat ini. Ia unggul dari Bryan Cristante (318 pertandingan) dan Lorenzo Pellegrini (316 pertandingan). Dengan aturan baru Gasperini, El Shaarawy memiliki peluang besar untuk menjadi kapten saat Roma memulai musim baru. Pellegrini dan Cristante tetap memiliki kesempatan, bergantung pada siapa yang paling banyak bermain di setiap pertandingan. Situasi ini menciptakan atmosfer baru dalam ruang ganti Roma, di mana tidak ada lagi hierarki tetap, tetapi hanya kepercayaan yang didasarkan pada kontribusi nyata di lapangan.
Kapten-Kapten Lain di Serie A
Di Atalanta, Marten de Roon kembali memperkuat tim sejak 2017 dan menjadi simbol kota Bergamo. Di Cagliari, Leonardo Pavoletti tetap dipercaya memimpin timnya meski usianya tidak muda lagi. Sedangkan di Sassuolo, Domenico Berardi menjadi legenda hidup bagi klub tersebut.
Di AC Milan, Mike Maignan mencetak sejarah sebagai kapten asing pertama sejak 1961. Sedangkan di Juventus, Manuel Locatelli menjadi wajah baru tim. Di Inter, Lautaro Martinez tetap menjadi simbol kekuatan tim. Alessandro Gabrielloni membawa kisah ajaib di Como dengan menjadi kapten yang diandalkan.
Di Pisa, Andrea Caracciolo menjadi tembok pertahanan sekaligus pemimpin dalam empat musim terakhir. Parma mengandalkan Enrico Del Prato sebagai kapten termuda Serie A musim ini. Dari ranah senior hingga wajah baru, ban kapten tidak hanya sekadar simbol di lengan, tetapi juga mewakili sejarah, loyalitas, dan mimpi yang diperjuangkan oleh setiap klub.
Cari Kapten Baru
Di Lecce, Wladimiro Falcone dipercaya sebagai kiper sekaligus kapten, sementara Verona memilih Suat Serdar sebagai pemimpin baru setelah kepergian Lazovic. Udinese masih mencari kapten baru setelah Florian Thauvin bersiap untuk pindah. Semua klub memiliki cerita menarik dan musim 2025/26 menjanjikan babak baru dalam perjalanan para pemimpin Serie A.
Sumber: OneFootball Italia
Peran Kapten dalam Sepak Bola Modern
Peran seorang kapten dalam tim sepak bola telah mengalami evolusi yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Dulu, seorang kapten sering kali dianggap sebagai pemimpin tertinggi di lapangan, memberikan instruksi langsung kepada rekan-rekannya, dan menjadi simbol kekuatan dan semangat tim. Namun, dengan perubahan taktik, strategi, dan dinamika dalam permainan, peran seorang kapten telah berubah menjadi lebih kompleks.
Seorang kapten tidak hanya harus memimpin dengan contoh dalam hal dedikasi, semangat, dan kerja keras di lapangan. Mereka juga harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan pelatih, rekan setim, dan ofisial pertandingan. Kemampuan membaca dan menganalisis situasi di lapangan, memberikan arahan yang tepat, serta menjaga ketertiban dan kohesi di ruang ganti juga menjadi bagian penting dari tugas seorang kapten.
Dinamika Persaingan untuk Memperoleh Ban Kapten
Dengan perubahan kebijakan di AS Roma yang menghapus sistem kapten tetap, persaingan di antara pemain untuk memperoleh ban kapten menjadi lebih ketat. Ini tidak hanya menciptakan motivasi tambahan bagi para pemain untuk tampil sebaik mungkin di setiap pertandingan, tetapi juga mengubah dinamika kekuasaan di dalam tim.
Para pemain harus terus menunjukkan dedikasi, konsistensi, dan kualitas dalam penampilan mereka untuk mendapatkan kepercayaan sebagai kapten. Hal ini tidak hanya menciptakan persaingan sehat di antara rekan-rekan setim, tetapi juga memperkuat solidaritas dan semangat juang tim secara keseluruhan.
Kepentingan Sejarah dan Loyalitas dalam Pemilihan Kapten
Selain berdasarkan jumlah penampilan, beberapa klub masih mempertimbangkan faktor sejarah dan loyalitas dalam pemilihan kapten. Seorang kapten sering menjadi simbol dari nilai-nilai klub, sejarahnya, dan hubungan emosional yang dibangun dengan suporter. Pemilihan kapten yang tepat juga dapat meningkatkan identifikasi suporter terhadap tim dan menciptakan ikatan yang lebih kuat antara klub, pemain, dan penggemar.
Dengan demikian, peran seorang kapten tidak hanya terbatas pada lapangan hijau, tetapi juga membawa tanggung jawab yang besar dalam mewakili nilai-nilai dan tradisi klub. Kepemimpinan yang baik dari seorang kapten tidak hanya tercermin dalam penampilan di lapangan, tetapi juga dalam integritas, dedikasi, dan loyalitas kepada klub dan suporter.
Di tengah persaingan yang semakin ketat dan dinamika yang terus berubah, peran seorang kapten dalam tim sepak bola tetap menjadi elemen yang sangat penting dalam menciptakan keberhasilan dan kohesi di dalam tim.
Dengan demikian, peran kapten dalam sepak bola modern tidak hanya diukur dari kemampuan individu di lapangan, tetapi juga dari kualitas kepemimpinan, integrasi dengan rekan setim, dan representasi nilai-nilai klub secara keseluruhan. Dengan dinamika yang terus berubah dalam dunia sepak bola, keputusan Gasperini untuk menghapus sistem kapten tetap di AS Roma menjadi bagian dari evolusi dalam konsep kepemimpinan di klub-klub top.