Liputan6.com, Jakarta Ballon dâOr selalu menjadi momen paling dinanti bagi pecinta sepak bola. Tahun ini, sorotan kembali tertuju pada para pemain yang tampil impresif.
Meski begitu, beberapa bintang yang menunjukkan performa luar biasa justru tidak selalu masuk daftar nominasi. Hal ini memicu perbincangan hangat di kalangan penggemar.
Penampilan konsisten dan kontribusi besar di klub maupun tim nasional seharusnya menjadi tiket masuk nominasi. Namun kenyataannya, beberapa pemain tetap absen secara mengejutkan.
Faktor persaingan ketat dan banyaknya pemain berbakat membuat daftar nominasi semakin sulit diprediksi. Bahkan beberapa nama yang diunggulkan sebelumnya terpaksa harus tersisih.
Situasi ini menjadi bukti bahwa Ballon dâOr bukan hanya tentang statistik, tapi juga faktor lain yang memengaruhi penilaian. Para penggemar pun terus menunggu pengumuman resmi dengan penuh antisipasi.Pada tahun 2001, Ballon d’Or diraih oleh Michael Owen. Keputusan ini diyakini dipengaruhi oleh hat-trick Owen bersama Timnas Inggris, meski di level klub ia hanya mencetak 16 gol di Premier League untuk Liverpool.
Di musim yang sama, striker Alaves, Javi Moreno, berhasil mencetak 22 gol dan memberikan lima assist. Performa ini jauh lebih impresif mengingat ia bermain untuk tim yang hanya menempati posisi ke-10 di La Liga.
Banyak yang menilai jika prestasi Owen bisa membuatnya menang, maka pencapaian Moreno seharusnya setidaknya mendapatkan nominasi. Hal ini menunjukkan bahwa pencetak gol luar biasa kadang tetap kurang diperhitungkan.Pada tahun 2001, Claudio Pizarro tampil mengesankan dengan mencetak 19 gol dan tujuh assist di Bundesliga. Ia juga berhasil menambah empat gol dalam lima laga UEFA Cup pada musim yang sama.
Penampilan apik ini membuatnya direkrut oleh Bayern Munchen. Namun, prestasinya tetap belum cukup untuk mendapatkan nominasi Ballon d’Or.
Meski demikian, Pizarro tetap diingat sebagai striker tajam yang konsisten. Ia menunjukkan bahwa kualitas individu tidak selalu cukup untuk diakui secara internasional.Pada tahun 2008, Robinho memecahkan rekor transfer Inggris saat pindah ke Manchester City dengan nilai £32,5 juta. Sebelumnya, ia tampil cemerlang di LaLiga bersama Real Madrid dengan 11 gol dan delapan assist.
Di awal musim 2008/2009, sebelum Desember, Robinho sudah mencetak delapan gol termasuk satu hat-trick dan menambahkan dua assist di Premier League. Performa ini menunjukkan kualitasnya sebagai pemain sayap yang produktif.
Meski begitu, prestasi Robinho tetap belum cukup untuk mendapatkan nominasi Ballon d’Or. Hal ini menunjukkan bahwa statistik gemilang tidak selalu menjamin pengakuan internasional.Ballon d’Or jarang memberi penghargaan kepada kiper, dengan Lev Yashin menjadi satu-satunya kiper yang pernah memenangkan trofi ini. Edwin van der Sar menunjukkan performa luar biasa pada 2009, terutama di musim 2008/2009.
Van der Sar berhasil mencatat 21 clean sheet, termasuk 14 laga berturut-turut tanpa kebobolan. Pencapaian ini menjadi puncak kariernya sebagai salah satu kiper terbaik dunia.
Sayangnya, untuk Ballon d’Or 2009, hanya Iker Casillas dan Julio Cesar yang masuk nominasi. Van der Sar pun tidak mendapat pengakuan atas musim luar biasanya.Diego Milito tampil luar biasa pada musim 2009/2010 dengan mencetak 22 gol di Serie A dan lima assist. Ia juga menambahkan enam gol serta tiga assist dalam 11 laga Liga Champions.
Milito dikenal sebagai pemain yang tampil di momen-momen besar, termasuk gol penentu di final Coppa Italia, dua gol di final Liga Champions, dan gol Scudetto di laga terakhir melawan Siena. Penampilan seperti ini biasanya membuat pemain masuk dalam perbincangan Ballon d’Or saat ini.
Manajernya saat itu, Rafa Benitez, menyebut pencapaian Milito sangat mengejutkan. Ia bahkan meraih penghargaan sebagai pemain terbaik Liga Champions, membuat banyak orang terkejut.Marco Reus memulai kariernya di Borussia Dortmund dengan gemilang pada musim 2012/2013. Ia mencetak 14 gol dan 11 assist di Bundesliga serta menambahkan empat gol dan empat assist di Liga Champions hingga final.
Reus melanjutkan performa apiknya di paruh pertama musim berikutnya dengan 12 kontribusi gol di Bundesliga. Meskipun tampil konsisten, ia tetap tidak mendapatkan nominasi Ballon d’Or pada waktu itu.
Kendati demikian, Reus tetap dianggap sebagai salah satu pemain terbaik Jerman saat itu. Penampilannya di Dortmund membuat banyak penggemar menantikan puncak kariernya.Mats Hummels kembali dari cedera yang membuatnya absen setengah musim 2013/2014 bersama Dortmund untuk memperkuat timnas Jerman di Piala Dunia. Kehadirannya membuat lini belakang Jerman semakin kokoh.
Hummels bermain di hampir semua pertandingan turnamen, hanya absen di babak 16 besar karena sakit. Ia kembali di laga berikutnya dan mencetak gol tunggal ke gawang Prancis, membawa Jerman melangkah lebih jauh.
Setelah kemenangan 7-1 atas Brasil, Hummels bermain penuh 120 menit di final melawan Argentina. Penampilannya membantu Jerman meraih gelar juara dunia.Franck Ribery tampil luar biasa di Bundesliga pada 2014 dengan mencetak 10 gol dan memberikan 12 assist hanya dalam 22 pertandingan. Penampilan ini membantu Bayern Munich menjuarai liga dengan selisih 19 poin dari pesaing.
Selain itu, Ribery membawa Bayern ke semifinal Liga Champions, mencetak tiga gol dan memberikan dua assist. Ia juga mencetak gol di semifinal Piala Dunia Antarklub, yang kemudian dimenangkan Bayern.
Sayang, cedera menghambat kontinuitas performanya. Hal ini kemungkinan membuat Ribery tidak masuk dalam daftar nominasi Ballon dâOr tahun itu.Musim debut penuh Harry Kane di Premier League termasuk salah satu yang terbaik dari pemain akademi Inggris. Setelah hanya bermain 10 laga pada 2014-15, Kane diberi kesempatan tampil di 34 pertandingan musim berikutnya.
Striker Tottenham itu mencetak 21 gol di liga dan memberikan lima assist. Selain itu, ia menambah tiga gol di Piala Liga dan lima gol di Liga Europa.
Meskipun performanya impresif, Kane harus bersabar menunggu kesempatan nominasi Ballon dâOr pertamanya. Prestasinya di level klub tetap menjadi perhatian banyak pihak.Musim 2015/2016 menjadi salah satu musim terbaik Mesut Ozil dalam sejarah Premier League dari segi assist. Ia memberikan 19 assist, jumlah yang menjadi rekor tertinggi yang pernah dicatat seorang pemain.
Selain itu, Ozil juga mencetak enam gol bagi Arsenal. Pada awal musim berikutnya, ia tetap tampil gemilang, terutama di Liga Champions dengan empat gol dan dua assist, termasuk hat-trick dalam satu pertandingan.
Namun, prestasi luar biasa itu tidak cukup untuk membuatnya masuk nominasi Ballon dâOr. Meskipun begitu, kontribusinya tetap diingat sebagai salah satu yang terbaik di era Premier League.Musim 2015/2016 menjadi salah satu periode produktif Philippe Coutinho. Ia mencetak 12 gol dan memberikan tujuh assist, termasuk dua gol dan dua assist di Liga Europa.
Di awal musim berikutnya, Coutinho langsung membuat dampak dengan dua gol melawan Arsenal. Total kontribusinya di Premier League sebelum Desember mencapai 10 gol dan assist.
Sayangnya, cedera sempat mengganggu performanya di kedua musim tersebut. Hal ini kemungkinan menjadi faktor yang membuatnya gagal masuk nominasi Ballon dâOr.