Liputan6.com, Jakarta Spekulasi transfer Alexander Isak ke Liverpool terus menghangat jelang penutupan bursa musim panas. Meski tawaran awal sudah ditolak Newcastle, rumor kepindahan sang striker Swedia belum mereda.
Liverpool dikabarkan tetap serius mengejar pemain berusia 25 tahun itu, meski ia masih terikat kontrak tiga tahun dengan klub asal Tyneside. Isak sendiri dikabarkan ingin hengkang setelah merasa ada janji yang tidak ditepati.
Di tengah kisruh tersebut, mantan bek Liverpool Jamie Carragher ikut buka suara. Ia menyampaikan kekhawatirannya terkait kemungkinan Isak mengenakan seragam merah Anfield musim ini.
Dalam kolomnya di The Telegraph, Carragher menyebut ada dua masalah besar jika Isak benar-benar pindah ke Liverpool. Pertama adalah soal daya tahan fisik sang pemain.
Menurut Carragher, Isak belum membuktikan konsistensinya seperti Mohamed Salah. “Sekarang usianya 25, tapi dia gagal menjadi starter di 36 laga liga dalam tiga musim di Inggris,” tulisnya.
Kekhawatiran kedua adalah produktivitas gol. Dari 44 gol terakhir Isak di liga, 10 di antaranya berasal dari penalti. Carragher menegaskan bahwa di Anfield, ia tidak akan mendapat jatah sebagai eksekutor utama.Carragher juga menyoroti dampak sikap Isak terhadap Newcastle. Ia menilai situasi ini berpotensi merusak musim klub jika berlarut hingga penutupan bursa transfer.
Ia membandingkannya dengan kasus Fernando Torres pada 2010/2011. Saat itu, Torres ingin meninggalkan Liverpool dan akhirnya bergabung ke Chelsea pada Januari, dengan nilai transfer 67 juta dolar.
Menurut Carragher, pemain yang sudah tidak betah bisa menjadi racun bagi ruang ganti. Karena itu, ia menilai menjual Isak dan mendatangkan dua striker baru bisa menjadi solusi lebih baik bagi Newcastle.Carragher menambahkan, Newcastle harus lebih siap dalam menghadapi situasi seperti ini, baik di dalam maupun luar lapangan. Klub harus bisa menarik bakat terbaik dunia tanpa terjebak dalam saga transfer berkepanjangan.
Ia juga menyinggung masalah rekrutmen Newcastle. Gagal mendapatkan banyak target dalam satu jendela transfer, menurutnya, menunjukkan ada persoalan lebih besar dalam struktur perekrutan.
“Menahan Isak sekarang mungkin terasa seperti menang dalam pertempuran, tapi apakah itu langkah terbaik untuk masa depan? Waktu yang akan menjawabnya,” tulis Carragher dalam analisanya.