Liputan6.com, Jakarta Manchester United kembali menuai sorotan setelah hanya meraih dua kemenangan di Premier League sejak awal April. Hasil tersebut membuat banyak pihak menilai Ruben Amorim gagal memberi dampak instan. Namun, di balik angka-angka yang tampak mengecewakan, ada data yang justru menceritakan hal berbeda.
Statistik terbaru menunjukkan bahwa performa United sebenarnya tidak seburuk hasil di papan klasemen. Jika diteliti lebih jauh, permainan tim justru berkembang dan kesenjangan terbesar justru ada pada eksekusi para pemain. Hal ini membuat sorotan terhadap Amorim dan formasinya menjadi kurang tepat.
Meski publik cenderung menilai dari hasil akhir, catatan data memperlihatkan adanya tren positif. United memang kesulitan mencetak gol dan menghindari kebobolan, tetapi dari sisi dominasi permainan, mereka menunjukkan perbaikan yang konsisten.
Dalam 10 laga terakhir Premier League, hanya Tottenham yang meraih poin lebih sedikit dibanding United. Namun, United justru mencatat jumlah tembakan terbanyak dibanding tim lain di periode tersebut. Dari sisi pertahanan, hanya Manchester City yang menghadapi tembakan lebih sedikit.
Sayangnya, masalah muncul dalam urusan penyelesaian akhir dan penyelamatan di lini belakang. Pemain United mencetak tujuh gol lebih sedikit dari yang seharusnya mereka raih berdasarkan peluang yang tercipta, dan kebobolan empat gol lebih banyak dari prediksi.
Situasi ini menunjukkan bahwa bukan sistem yang sepenuhnya bermasalah, melainkan ketidakmampuan para pemain mengeksekusi peluang maupun menghentikan serangan lawan.Menariknya, dominasi United dalam 10 laga itu sebenarnya lebih baik dibanding 14 tim lain. Jika mereka menuntaskan peluang seefisien tim-tim Premier League lainnya, jumlah poin yang dikoleksi bisa mencapai dua kali lipat dari delapan poin yang ada sekarang.
Beberapa laga memang sempat dipengaruhi keunggulan jumlah pemain, seperti saat menghadapi Bournemouth dan Aston Villa. Namun, tidak semua tim otomatis mampu mendominasi dengan kondisi serupa, sebagaimana terlihat dalam laga Liverpool melawan Newcastle.
Artinya, dominasi United bukanlah hal semu. Ada tren positif dalam permainan, meski hasil akhir belum sejalan dengan kualitas performa mereka.Meski data mendukung adanya peningkatan, taktik Ruben Amorim juga memiliki sisi lemah. Sejak ia mengambil alih, United justru mencatat kualitas peluang terburuk di lini depan dan memberi lawan peluang berkualitas tinggi di lini belakang.
Kendati begitu, angka expected goals sudah memperhitungkan faktor kualitas peluang, sehingga secara teori pemain United tetap bisa mencatat hasil lebih baik. Kombinasi peluang berkualitas rendah dan finishing yang buruk membuat situasi semakin berat.
Jika menilik 30 laga Premier League bersama Amorim, grafik performa United menunjukkan tren menanjak sejak Maret. Mereka lebih banyak menciptakan peluang berkualitas dibanding lawan, meski hasil di papan klasemen masih tertinggal jauh.Pertanyaan utama yang muncul adalah mengapa data ini penting jika pada akhirnya yang dihitung adalah gol? Jawabannya sederhana: Sejarah membuktikan bahwa tim yang secara konsisten menciptakan lebih banyak peluang berkualitas dan minim memberi peluang pada lawan akan lebih sering sukses dalam jangka panjang.
Memang, ketajaman di kotak penalti tetap menjadi faktor penentu. Namun, tim tidak bisa selamanya “mengalahkan” angka expected goals, baik secara positif maupun negatif. Pada akhirnya, statistik akan sejajar dengan kenyataan di lapangan.
Dengan demikian, meski Ruben Amorim belum memberikan hasil yang memuaskan di mata fans sejak Desember, tanda-tanda perbaikan jelas terlihat. Pertanyaannya hanya, kapan hasil di lapangan akan benar-benar mencerminkan performa tersebut.